LAPORAN PRAKTIKUM
BIOTEKNOLOGI
“KULTUR JARINGAN”
DISUSUN
OLEH
NAMA
: SUDIRMAN
NIM
: G111 12 041
KELAS
: B
KELOMPOK : 5 ( LIMA)
ASISTEN : NUR HARDINA
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Berkurangnya pasokan sandang, pangan,
dan papan merupakan masalah utama bagi kelangsungan hidup umat manusia. Oleh
sebab itu, diperlukan suatu gerakan baru atau inovasi – inovasi baru dalam
menghadapi masalah kekurangan tersebut. Kegiatan seperti reboisasi merupakan
salah satu cara yang dapat dilakukan. Selain itu, pembuatan tanaman transgenik
adalah suatu inovasi baru yang dapat mengatasi masalah kepunahan atau
kekurangan pangan.
Adapun cara yang dilakukan dalam
mewujudkan gerakan penanaman tanaman transgenik yaitu dengan melakukan kultur
jaringan. Kultur jaringan
merupakan salah satu cara terbaik dengan perbanyakan tanaman secara vegetatif. Proses
pelaksanaan kultur jaringan yang dapat dikatakan proses terakhir yaitu
penanaman eksplan. Syarat pertama kultur jaringan juga masih digunakan pada
pelaksanaan ini yaitu kondisi yang aseptic.
Pada proses penanaman eksplan,
lingkungan yang digunakan haruslah benar-benar dalam kondisi yang aseptic. Oleh
karenanya penanaman biasanya dilakukan di Enkas, sebuah kotak dengan tepi yang
transparan dan terdapat lubang untuk tangan, atau dengan menggunakan LAF
(Laminar Air Flow).
Kontaminasi yang terjadi pada
kultur jaringan merupakan momok yang cukup mengganggu proses kultur jaringan.
Namun kontaminasi juga dapat dicegah dengan perlakuan-perlakuan yang aseptic. Setelah dua acara praktikum diatas dilakukan sterilisasi
terhadap peralatan kultur dan media kultur, tanaman atau eksplan yang akan
ditanam juga harus dalam keadaan steril dan sehat artinya eksplan tidak
terserang penyakit ataupun terkena serangan mikroba.
Keberadaan kontaminan yang
berasal dari bakteri maupun mikroba lainnya sangat sulit dihindari termasuk juga di dalam ruang
kultur. Untuk itu sterilisasi ruangan juga perlu dilakukan tentunya dengan
tujuan untuk menciptakan lingkungan yang aseptic dan menghilangkan mikroba
maupun spora penyebab kontaminan.
Kontaminasi
merupakan proses dimana masuknya bakteri, cendawan, maupun mikroba lainnya
kedalam bahan tanam. Kontaminasi yang terjadi bukan hanya karna faktor tempat
lingkungan atau tempat kegiatan yang kurang steril, namun juga dapat disebabkan
oleh manusia. Media atau bahan tanam yang telah terkontaminasi tidak dapat lagi
digunakan.
Berdasarkan
uraian diatas maka dapat kita lakukan praktikum ini agar menambah pengetahuan
kita tentang pengembangan tanaman melalui proses kultur jaringan.
1.2.
Tujuan Dan Kegunaan
Adapun
tujuan dari prakitkum ini adalah untuk mengetahui tekhnik memperbanyak tanaman
dengan metode kultur jaringan serta dapat mengetahui tata cara menanam eksplan
dan hal hal penting lainnya.
Sedangkan
tujuan praktikum ini adalah sebagai bahan pembelajaran serta pembanding antara
tekhnik perbanyakan tanaman kultur jaringan dengan beberapa tekhnik perbanyakan
tanaman yang lain.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Perbanyakan tanaman
dengan kultur jaringan sangat sederhana, namun membutuhkan ketelitian yang
tinggi dan tekhnik yang baik pula. Suatu sel atau irisan jaringan tanaman yang
sering disebut eksplan secara
aseptik diletakkan dan dipelihara dalam medium padat atau cair yang cocok dan
dalam keadaan steril. dengan cara demikian sebagian sel pada permukaan irisan
tersebut akan mengalami proliferasi dan membentuk kalus. Apabila kalus yang terbentuk dipindahkan kedalam
medium diferensiasi yang cocok, maka akan terbentuk tanaman kecil yang lengkap
dan disebut planlet. Dengan
teknik kultur jaringan ini hanya dari satu irisan kecil suatu jaringan tanaman
dapat dihasilkan kalus yang dapat menjadi planlet dalam jumlah yang cukup
besar atau banyak (Anonim,2012).
Eksplan yang telah
ditanam, agar dapat tumbuh menjadi kalus
dan kemudian menjadi planlet,
membutuhkan pemeliharaan yang rutin dan tepat. Artinya, eksplan atau kalus
yang sudah waktunya untuk dipindahkan ke dalam media tanam yang baru harus
segera dilaksanakan, tidak boleh sampai terlambat. Pemindahan yang terlambat
dapat menyebabkan pertumbuhan
eksplan atau kalus dapat terhenti atau dapat
mengalami brownig atau terkontaminasi oleh jamur atau
bakteri (Hendra,2007).
Sebelum
digunakan, enkas harus disterilisasi dengan menggunakan hand sprayer berisi
spirtus atau campuran formalin 10% dan alkohol 70%, dengan perbandinga 1:1.
setelah disemprot kemudian dibiarkan terlebih dahulu kurang lebih 10 menit,
baru kemudian boleh digunakan (Wetherel,2008).
Alat-alat
dissecting –set dan glass ware yang akan digunakan untuk kultur jaringan,
setelah dicuci dan dikeringkan kemudian dibungkus dengan kertas payung dan
disterilisasi di dalam autoklaf dengan suhu 121 oC, tekanan 15 lb,
dan lama sterilsiasi 20-30 menit.Botol-botol eksplan yang sudah berisi medium
setelah ditutup dengan alumunium foil, kemudian disterilisasi (Hendra,2007).
Sterilisasi
medium lebih sedikit waktunya dibandingkan dengan sterilisasi alat-alat, yakni
15 menit, tetapi suhu dan tekannya sama. Sterilisasi eksplan dapat dilakukan
cara sterilisasi eksplan secara mekanis, dimana cara ini digunakan untuk eksplan yang keras atau berdaging,
yaitu dengan membakar eksplan tersebut di atas lampu spirtus sebanyak tiga
kali. Sterilisasi Eksplan secara Kimiawi, sterilisasi ini gunakan untuk eksplan yang lunak. Sterilisasi ini
menggunakan bahan kimia, bahan-bahan yang digunakan untuk sterilisasi kima ini
adalah sodium hipoklorit, dan alkohol 70% (Anonim,2012).
Meskipun
semua tekhnik sterilisasi sudah dilakukan, namun tidak jarang pula eksplan yang
kita tanam itu terkontaminasi oleh bakteri maupun mikroba lainnya. Kontaminasi
yang terjadi dapat disebabkan oleh kesalahan pada saat proses pemotongan
eksplan atau proses lainnya. Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya
kontaminasi maka dapat dilakukan beberapa hal, seperti menghindari kontak
langsung atau memegang eksplan baik dalam waktu yang singkat maupun lama serta
selalu membakar pingset jika dipakai (Hendra,2007).
Penanaman
eksplan dilakukan di laminar air flow dalam kondisi yang aseptic, sebelum
melakukan penanaman maka terlebih dahulu laminar air flow dibersihkan agar
bakteri atau mikroba yang ada pada laminar air flow tidak ada lagi. Setiap
kegiatan yang berhubungan dengan penanaman eksplan harus dilakukan di dalam
laminar air flow (Wetherel,2008).
BAB III
METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum kultur jaringan dilakukan di Laboratorium Bioteknologi, Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) Lantai 4, Universitas
Hasanuddin, Makassar,
pada hari senin, 11 maret
2013 pukul 13.00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat
alat yang digunakan dalam praktikum
penanaman eksplan adalah cawan petri, pingset, laminar air flow, botol kultur,
Bunsen, pisau scalpel dan gunting.
Sedangkan
bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah media, alcohol dan planlet (
bahan tanam).
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum
penanaman eksplan yaitu :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dalam
keadaan steril
2. Mensterilkan tangan dan alat dengan
alcohol sebelum memulai kegiatan
3. Menyiapkan cawan petri yang akan
digunakan sebagai wadah dalam pemotongan eksplan
4.
Mengambil eksplan yang akan ditanam, kemudian masukkan ke
dalam cawan petri lalu memotong eksplan kira kira 2- 3 ruas
5. Memasukkan eksplan kedalam media
dengan posisi tegak,
lalu tutu botol dengan aluminium foil atau wrapping plastic
6. Menyimpan media yang berisi eksplan
pada ruang pemeliharaan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
NO
|
JENIS KEGIATAN
|
GAMBAR
|
1
|
Penstrelisasian alat
dengan alkohol
|
|
2
|
Menggunting
eksplan yang akan ditanam
|
|
3
|
Penanaman eksplan
|
|
4
|
Penutupan botol
dengan wrapping plastic
|
4.2 Pembahasan
Dalam penanaman eksplan harus dilakukan di lingkungan
yang aseptic atau steril. Syarat pertama kultur jaringan juga masih digunakan
pada pelaksanaan ini yaitu kondisi yang aseptik. Pada proses penanaman eksplan,
lingkungan yang digunakan haruslah benar-benar dalam kondisi yang aseptic. Oleh
karenanya penanaman biasanya dilakukan di enkas atau Laminar Air Flow.
Dalam proses penanaman eksplan semua alat-alat yang
digunakan harus steril untuk mencegah terjadinya kontaminasi yang merupakan hal
yang dapat menyebabkan kegagalan dalam penanaman eksplan pada media.
Kontaminasi yang terjadi pada kultur jaringan merupakan momok yang cukup
mengganggu proses kultur jaringan.
Namun kontaminasi juga dapat dicegah dengan
perlakuan-perlakuan yang aseptic. Stelah dua acara praktikum diatas dilakukan
sterilisasi terhadap peralatan kultur dan media kultur, tanaman atau eksplan
yang akan ditanam juga harus dalam keadaan steril dan sehat artinya eksplan
tidak terserang penyakit ataupun terkena serangan mikroba.
Selain peralatan yang digunakan yang perlu disterilisasi
maka ruangan yang digunkan juga harus dalam keadaan aseptik. Hal ini sesuai
pendapat Rahardja (1995) yang menyatakan, keberadaan kontaminan yang berasal
dari spora maupun mikroba lainnya sangat sulit dihindari termasuk juga di dalam
ruang kultur. Untuk itu sterilisasi ruangan juga perlu dilakukan tentunya
dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan yang aseptic dan menghilangkan
mikroba maupun spora penyebab kontaminan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum
yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
Ø Pada
proses penanaman, tahap pertama adalah persiapan ala tdan sterilisasi alat dan
bahan serta ruangan. Selain itu diperlukan ketelitian yang tinggi untuk menjaga
agar tidak terjadi kekeliruan dalam proses penanaman, agar dapat mengurangi
resiko terjadinya kontaminasi.
Ø Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam penanaman yakni sterilnya alat dan bahan yang
digunakan, pemakaian safety clothes seperti sarung tangan, masker, dan baju
laboratorium dan teknik yang digunakan dalam proses penanaman merupakan factor
yang paling penting, karena sangat berpengaruh terhadap keberhasilan penanaman
yang dilakukan.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum penanaman eksplan mahasiswa diberi
kesempatan untuk mempraktekkan langsung tekhnik tekhnik penanaman agar praktikan
lebih mengerti.
Untuk asisten pada setiap praktikum harusnya praktikan yang
harus mempraktekkan langsung, bukan hanya penjelasan saja agar praktikan lebih
mengerti dan memahami setiap percobaan yang dilakukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Diakses pada tanggal 13 Maret 2013.
Hendra,
T. 2007. Kultur Jaringan.
http://lelos66.blog.friendster.com.htm. Diakses
Pada tanggal 22 Desember 2011
Rahardja,
P.E. 1988. Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modern.Panebar Swadaya.
Wetherel, D.F. 2008. Propagasi
Tanaman Secara In Vitro. Avery
Tidak ada komentar:
Posting Komentar