Selasa, 30 Juli 2013

laporan "pengenalan alat kultur jaringan"



BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri,fungi dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim dan alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
Kultur jaringan tanaman merupakan suatu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif . Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat yang steril. Penerapan teknik kultur jaringan tanaman mensyaratkan kondisi di dalam ruangan (laboratorium) dan sifatnya aseptik (steril dari patogen). Bermuara dalam kondisi yang aseptik, maka perlu dijelaskan bahwa segala aktifitas yang berkaitan dengan jaringan harus dalam kondisi aseptik.
Hal tersebut juga berlaku sama fungsinya dengan media buatan dalam kondisi in vitro/steril, dimana di dalam media buatan fungsi tanah digantikan oleh agar-agar yang berfungsi memadatkan media. Selain itu media buatan tersebut juga diperkaya dengan nutrisi berupa unsure-unsur makro, mikro, vitamin, gula dan zat pengatur tumbuh yang disesuaikan dengan tujuan pertumbuhan yang diinginkan. Sterilisasi media tanaman buatan mutlak dilakukan untuk membebaskan pengaruh merugikan dari kontaminan seperti bakteri, jamur dan virus, bahkan serangga mikro sepertimites (tungau) dan thrips.
Dalam bidang pertanian, teknik budidaya tanaman secara konvensional dalam medium tanah atau pasir seringkali menghadapi kendala teknis, lingkungan maupun waktu. Sebagai contoh, perbanyakan tanaman dengan biji memerlukan waktu yang relatif lama dan seringkali hasilnya tidak seperti tanaman induknya. Kendala lain adalah gangguan alam baik yang abiotik maupun biotik (hama dan penyakit). Kebutuhan akan bibit tanaman dalam jumlah besar, berkualitas, bebas hama dan penyakit serta harus tersedia dalam waktu singkat seringkali tidak dapat dicapai dengan metode konvensional bak secara generatif maupun vegetatif. Istilah kultur jaringan mengacu pada teknik untuk menumbuhkan jasad multiseluler dalam medium padat maupun medium cair menggunakan jaringan yang diambil dari jasad tersebut. Teknik ini sekarang telah berkembang luas sehingga bagian yang tanaman digunakan sebagai bahan awal perbanyakan tidak hanya berupa jaringan melainkan juga dalam bentuk sel.
Berdasarkan uraian di atas maka haruslah dilakukan praktikum pengenalan alat ini sehingga praktikan dapat mengetahui alat-alat yang akan digunakan dalam laboratorium kultur jaringan dan cara-cara penggunaan alat tersebut.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
            Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mengenal alat- alat yang digunakan dalam laboratorium kultur jaringan, serta untuk mengetahui fungsi dan prinsip kerja alat- alat tersebut.
            Kegunaan praktikum ini adalah agar praktikan bisa mengetahui fungsi masing-masing alat  yang digunakan dalam laboratorium kultur jaringan








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman baik itu jaringan maupun bagian lainnya (Anonim,2012)
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga  tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional (Anonim,2012).  
Teknik kultur jaringan semakim popular sebagai salah satu propagansi tanaman vegetatif. Teknik ini meliputi metode propagansi aseksual dengan tujuan utama membuat tanaman yang mempunyai sifat yang uggul. Kesuksesan dari beberapa seleksi invitro dan manipulasi genetik tanaman pada tingkat tinggi bergantung pada kesuksesan regenerasi tanaman invitro (Pramono, Ir. Sentot. 2008).
Perbanyakan tanaman dengan sistem kultur jaringan dilaksanakan dalam suatu laboratorium yang aseptik dengan peralatan seperti pada laboratorium Mikrobiologi. Kita dapat juga memakai peralatan sederhana seperti almari penabur buatan sendiri ataupun dengan peralatan laboratorium kultur jaringan khususnya yang lebih canggih seperti laminary air flow (Ir.Daisy, 2012).
Seluruh kegiatan kultur jaringan harus dilakukan secara aseptik. Artinya, seluruh bahan dan alat yang digunakan harus disterilkan terlebih dahulu. Termasuk ruangan laboratoriumnya dan pekerja yang melakukan. Sterilisasi ruangan biasanya dilakukan dengan menyalakan lampu UV selama beberapa menit dan menyemprotkan alkohol 70 . Sementara itu alat dan bahan yang digunakan disterilkan dengan memanaskan dalam autoclave atau direndam larutan sodium hipoklorit (kloroks). Bagi para pekerja, sebelum melakukan aktivitas di dalam laboratorium seluruh permukaan tubuhnya disemprot dengan alkohol 70% (Yuliarti, Nurheti. 2010).
Pada dasarnya setiap alat memiliki nama yang menunjukkan kegunaan alat, prinsip kerja atau proses yang berlangsung ketika alat digunakan. Beberapa kegunaan alat dapat dikenali berdasarkan namanya.Penamaan alat-alat yang berfungsi mengukur biasanya diakhiri dengan kata meter seperti thermometer, hygrometer dan spektrofotometer, dll. Alat-alat pengukur yang disertai dengan informasi tertulis, biasanya diberi tambahan “graph” seperti thermograph, barograph (Anonim, 2012).
















BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
            Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian, Gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) lantai 4, Universitas Hasanuddin, Makassar pada hari senin 18 februari 2013.
3.2 Alat dan Bahan
            Alat yang dipergunakan pada praktikum ini yaitu alat-alat yang ada di laboratorium kultur jaringan.
            Pada praktikum ini tidak ada bahan yang digunakan namun telah diperkenalan sebelumnya seperti agar-agar bening, alkohol 70%, gula, dan spiritus.
3.3 Prosedur Kerja
            Adapun cara kerja dari percobaan ini adalah :
1.      Menerima materi dari asisten
2.      Memasuki ruangan yang diarahkan oleh asisten yaitu ruangan pembuatan media, tempat sterilisasi dan tempat penanaman..
3.      Menerima penjelasan dari asisten mengenai alat-alat tersebut.
4.      Mencatat semua alat yang digunakan di laboratorium kultur jaringan dan menuliskan fungsinya.








BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari hasil praktikum ini adalah sebagai berikut :
No
Nama alat
Gambar
1
Oven
2
   Autoclave
3
LaLaminary air flow

4
Hot Plate
5
Cawan Petri

No
Nama alat
Gambar
6
  Pinset
 
7
Erlenmeyer
8  
Lampu Spiritus
9
Shaker
10
Neraca analitik


4.2 Pembahasan
            Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui berbagai fungsi atau prinsip kerja setiap alat yang ada di laboratorium kultur jaringan. Autoclave dan oven digunakan sebagai alat sterilisasi untuk mensterilkan alat dan medium kultur jarinang tanaman. Perbedaanya yaitu oven merupakan alat sterlilisasi kering sedangkan autoclave merupakan alat sterlilisasi basah. Oven digunakan pada suhu berkisar 170-180  selama satu jam.

Bunsen untuk untuk menggarang/membakar alat-alat kultur, seperti alat-alat diseksi ketika melakukan penanaman sehingga peralatan tersebut tetap steril. Laminary air flow terletak dalam ruang penabur, yaitu ruangan yang selalu dalam keadaan steril. Laminay air flow alat ini digunakan sebagai tahap perlakuan penanaman untuk menanam eksplan ke dalam botol dalam kondisi steril atau melakukan sub kultur yang dilengkapi dengan blower dan lampu UV. Pengsterilan dalam ruangan ini dapat dilakukan dengan menggunakan lampu ultraviolet yang selalu dinyalakan pada saat ruangan ini kosong atau tidak digunakan. Sterilisasi ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan formalin 0,04 % atau dengan formalin tablet yang diletakkan pada cawan Petridis. Prinsip kerja alat ini ialah dengan cara mengalirkan udara ke dalam lemari penabur melalui saringan yang besar.
            Hot plate digunakan untuk homogenasi media (melarutkan agar-agar di dalam media). Neraca digunakan untuk menimbang bahan- bahan secara manual. Untuk menimbang bahan-bahan yang akan di gunakan dalam jumlah sedikit. Cawan petri digunakan sebagai tempat untuk memotong-motong eksplan yang akan di tanam dalam botol kultur. Medium dapat dituang ke cawan bagian bawah dan cawan bagian atas sebagai penutup. Cawan petri tersedia dalam berbagai macam ukuran, diameter cawan yang biasa berdiameter 15 cm dapat menampung media sebanyak 15-20 ml, sedangkan cawan berdiameter 9 cm kira-kira cukup diisi media sebanyak 10 ml.
      Pinset digunakan untuk memegang atau mengambil irisan eksplan atau untuk menanam eksplan. Botol kultur tempat untuk mengkulturkan atau menanam eksplan. Sebelum  menanam eksplan  di dalam botol kultur, botol kultur harus disterilkan terlebih dahulu di dalam Autoclave selama kurang lebih 20 menit, setelah disterilkan barulah kita memasukkan media ke dalam botol kultur. Karena salah satu keberhasilan dalam kultur jaringan botol kutur harus steril dan tidak terkontaminasi oleh patogen.
     

Erlenmeyer, alat ini digunakan dalam kultur jaringan tanaman sebagai sarana menuangkan air suling maupun untuk tempat media dan penanaman eksplan. Gelas beacker/piala digunakan untuk menuangkan atau mempersiapkan bahan kimia dan air suling dalam pembuatan medium. Lampu spiritus digunakan untuk sterilisasi dissecting kit (skalpel dan pinset) di dalam laminar air flow cabinet atau di dalam enkas pada kita mengerjakan penanaman atau sub-culture.
Shaker merupakan alat pengocok yang putarannya dapat diatur menurut kemauan kita. Alat ini dapat digunakan untuk keperluan menumbuhkan kalus pada eksplan anggrek atau untuk membentuk protokormusatau sering disebut plb (protocorm like bodies) dari kalus bermacam jaringan tanaman. Rak kultur merupakan alat yang digunakan sebagai tempat tempat untuk menyimpan botol-botol berisi eksplan hasil inokulasi dan mengoptimalkan pemanfaatan ruangan yang ada. Gunting digunakan pada proses penyiapan eksplan (inisiasi) untuk memotong eksplan.
            Alat-alat yang digunakan harus dalam keadaan steril. Karena kondisi yang steril akan menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan kultur jaringan. Karena jika kondisinya tidak steril, maka akan mudah terkena kontaminasi sehingga kemampuan totipotensi sel akan terhambat. Totipotensi sel yaitu kemampuan setiap sel tumbuhan untuk menjadi individu yang sempurna.
           









BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan maka dapat di simpulkan bahwa :  
Ø  Alat-alat yang digunakan dalam kultur jaringan yaitu : oven, autoclave,bunsen, laminary air flow, hot plate, neraca, cawan petri, pinset, erlenmeyer, lampu spiritus, botol kultur, shaker, dan masih banyak lagi alat alat yanga di gunakan di laboratorium.
Ø  Alat-alat tersebut memiliki fungsi masing-masing. Ada pula yang memiliki kesamaan fungsi seperti oven dan autoclave. Hanya saja yang menjadi perbedaan yaitu metode penggunaannya.
Ø  Segala peralatan yang digunakan dalam kultur jaringan harus dalam keadaan steril melalui proses sterilisasi. Sterilisasi adalah membebaskan bahan dari semua mikroba. Sterilisasi adalah istilah mutlak yang artinya mematikan semua bentuk kehidupan pada suatu daerah.Sehingga dalam sterilisai nanti alat-alat tidak terkontaminasi dengan pihak luar.
5.2 Saran
            Sebaiknya, praktikan menyimak dengan saksama penjelasan dari asisten ketika menjelaskan mengenai alat-alat yang digunakan dalam kultur jaringan agar praktikan bisa mengetahui fungsi masing-masing alat tersebut demi kelancaran pada praktikum berikutnya.
Untuk asisten pada setiap praktikum harusnya praktikan yang harus mempraktekkan langsung, bukan hanya penjelasan saja agar praktikan lebih mengerti dan memahami setiap percobaan yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2012. http://www.dephut.go.id/INFORMASI/setjen/PUSSTAN/info 5 1 0604/isi 11.htm. Diakses pada tanggal 02 Maret 2013.
Anonim2.2012.http://maistrofisika.blogspot.com/2011/11/praktikum-kultur-ringan.html. Diakses pada tanggal 02 Maret 2013.
Pramono, Ir. Sentot. 2008. Pesona Sansevieria.Agromedia Pustaka : Jakarta
P.Sriyanti Hendaryono, Ir. Daisy. 2012. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta : Kanisius.
Yuliarti, Nurheti. 2010. Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga.ANDI : Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar