LAPORAN PRAKTIKUM
BIOTEKNOLOGI
“PEMBUATAN MEDIA BIAKAN”
“MS ( murashige and skoog) dan PDA (Potato Dextore Agar)”
DISUSUN OLEH
NAMA : SUDIRMAN
NIM : G111 12 041
KELAS : B
KELOMPOK : 5 ( LIMA)
ASISTEN : NUR HARDINA
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kultur jaringan (tissue culture) merupakan salah satu metode perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan terus berkembang dari mengkulturkan biji berkembang dengan mengkulturkan jaringan dan terus berkembang hingga mampu mengkulturkan satu sel dari tanaman. Dasar teknik kultur jaringan adalah bahwa sel tanaman mempunyai sifat totipotensi yaitu kemampuan sel untuk tumbuh dan berkembang membentuk tanaman lengkap dalam medium aseptik yangmengandung unsur hara dan zat pengatur tumbuh yang sesuai.
Perkembangan kultur jaringan di Indonesia terasa sangat lambat, bahkan hampir dikatakan jalan di tempat jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya, tidaklah heran jika impor bibit anggrek dalam bentuk ‘flask’ sempat membanjiri nursery-nursery anggrek di negara kita. Selain kesenjangan teknologi di lini akademisi, lembaga penelitian, publik dan pecinta anggrek, salah satu penyebab teknologi ini menjadi sangat lambat perkembangannya adalah karena adanya persepsi bahwa diperlukan investasi yang ’sangat mahal’ untuk membangun sebuah lab kultur jaringan, dan hanya cocok atau ‘feasible’ untuk perusahaan.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa, salah satunya adalah anggrek, diperkirakan sekitar 5000 jenis anggrek spesies tersebar di hutan wilayah Indonesia. Potensi ini sangat berharga bagi pengembang dan pecinta anggrek di Indonesia, khususnya potensi genetis untuk menghasilkan anggrek silangan yang memiliki nilai komersial tinggi.
Potensi tersebut akan menjadi tidak berarti manakala penebangan hutan dan eksploitasi besar-besaran terjadi hutan kita, belum lagi pencurian terang-terangan ataupun “terselubung” dengan dalih kerjasama dan sumbangan penelitian baik oleh masyarakat kita maupun orang asing.
Sementara itu hanya sebagian kecil pihak yang mampu melakukan pengembangan dan pemanfaatan anggrek spesies, khususnya yang berkaitan dengan teknologi kultur jaringan. Tidak dipungkiri bahwa metode terbaik hingga saat ini dalam pelestarian dan perbanyakan anggrek adalah dengan kultur jaringan, karena melalui kultur jarigan banyak hal yang bisa dilakukan dibandingkan dengan metode konvensional.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu adanya pengetahuan tentang bagaimana proses pembuatan media dan teknik mengkultur agar dapat menghasilkan tanaman yang baik.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini agar kita dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan media biakan yaitu Media MS (Murashige and Skoog) dan Media PDA (Potato Dextore Agar).
Kegunaan dari praktikum pembuatan media kultur jaringan yaitu mengetahui tata cara penyediaan bahan tanaman untuk kultur jaringan serta mengetahui tata cara sterilisasi, serta pembuatan media yang benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Media Tanaman
Media merupakan suatu bahan yang sangat penting dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf (Suryowinoto, 1991).
Dalam kultur jaringan, unsur-unsur diberikan tidak dalam bentuk unsure murni, tetapi berupa senyawa berbentuk garam. Sebelum dicampurkan kedalam media tumbuh, garam-garam mineral itu haruslah lebih dahulul dilarutkan dalam konsentrasi tertentu, sehingga dalam media tumbuh nantinya jumlah tiap gram benar sesuai dengan ketentuan sebagai pelarut dipakai akuades (Yuwono, 2008).
2.1.1 Media MS (Murshige and skoog)
Media Murashige & Skoog (MS) merupakan perbaikan komposisi media Skoog, terutama kebutuhan garam anorganik yang mendukung pertumbuhan optimum pada kultur jaringan tembakau. Media MS mengandung 40 mM N dalam bentuk NO3 dan 29 mM N dalam bentuk NH4+. Kandungan N ini, lima kali lebih tinggi dari N total yang terdapat pada media Miller, 15 kali lebih tinggi dari media tembakau Hildebrant, dan 19 kali lebih tinggi dari media White. Kalium juga ditingkatkan sampai 20 mM, sedangkan P, 1.25 mM. Unsur makro lainnya konsentrasinya dinaikkan sedikit (Suryowinoto, 1991).
Media MS paling banyak digunakan untuk berbagai tujuan kultur pada tahun-tahun sesudah penemuan media MS, sehingga dikembangkan media-media lain berdasarkan media MS tersebut, antara lain media Lin & Staba, menggunakan media dengan setengah dari komposisi unsur makro MS, dan memodifikasi : 9 mM ammonium nitrat yang seharusnya 10 mM, sedangkan KH2 PO4 yang dikurangi menjadi 0.5 Mm, tidak 0.625 mM (Wetter, 1991).
2.1.2 Media PDA (Potato Dextrose Agar)
Potato dextrose agar merupakan salah satu media yang baik di gunakan untuk membiakkan suatu mikroorganisme, baik itu berupa cendawan/fungsi, bakteri,mauoun sel mahluk hidup. Potato dextrose agar merupakan paduan yang sesuai untuk menumbuhkan biakan (Winda, 2009). Agar-agar mengandung karbohidrat. Mengenyangkan dan menyegarkan bila disajikan dalam keadaan dingin, agar-agar bagus untuk usus karena mengandung serat. Bermanfaat bagi penderita hipertensi, kolestrol, dan diabetes, membuatnya juga mudah. ( Bagus, 2010).
Kebanyakan orang beranggapan yang dianggap mikroorganisme adalah semua organism sangat kecil yang dapat di biakkan dalam cawan petri atau incubator di dalam laboratorium dan mampu memperbanyak diri secara mitosis. Mikroorganisme berbeda dengan sel mikroorganisme. Mikroorganisme tidak bisa hidup bebas di alam melainkan menjadi bagian dari struktur multi selder yang membentuk jaringan, semtara itu sebagian besar mikroorganisme dapat menjalankan proses kehidupan mandiri, dapat menghasilkan energy sendiri, dan beradaptasi secara independen tanpa bantu sel lain (Andrew, 2012).
Karena extra potato (kentang) merupakan sumber karbohidrat, dextrose (gugusan gula, baik itu monosakarida atau polysakarida) sebagai tambahan nutrisi bagi biakan, sedangkan agar merupakan bahan media/tempat tumbuh bagi bikan yang baik, karena mengandung cukup air. (Winda 2009).
Agar-agar merupakan karbohidrat dengan molekul tinggi yang mengisi sel pada rumput laut. Agar-agar termasuk pada kelompok peletin dan tergolong suatu polimer yang terbentuk dari monomer glaktosa. Agar-agar juga bisa berbentuk bubuk dan dapat diperjual belikan (Bagus, 2010).
Media PDA (Potato Dextrose Agar) merupakan medium semisintetik. Media merupakan tempat dimana terjadi perkembangan organisme, organisme menyerap karbohidrat dari kaldu kentang dan gula serta dari agar yang telah dicampur. Hal ini lah yang menyebabkan mengapa kentang harus dipotong dadu, agar karbohidrat di kentang dapat di kelar dan menyatu dengan air sehingga menjadi kaldu. Semakin kecil permukaan maka semakin besar daya osmosirnya (Risda 2007).
Media tumbuh bagi mikroba memiliki keragaman dalam hal tipe nutrisi tergantung mikroba yang mengimbanginya. Sumber nutrien bisa berasal dari alamiah maupun buatan seperti campuran zat-zat kimiawi. Media dituang kedalam wadah-wadah selain sesuai juga disterilkan sebelum digunakan (Bagus, 2010).
BABIII
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum pembuatan media dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi, Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) Lantai 4, Universitas Hasanuddin, Makassar, pada hari senin, 25 februari 2013 pukul 13.00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Pada kultur jaringan alat-alat yang digunakan pada praktikum kultur jaringan adalah botol kultur dan tutupnya,dissecting kit, timbangan analitik, wrapping plastic, cawan petri/kaca blok, label, tissue, laminar air flow, autoclave, bahan kimia untuk media biakan, ph meter, aluminium foil, dan pipet mikro/pipet tips 1 set ( 10 ul,200 ul,1000 ul,5000 ul ),pipet ovendoor, Erlenmeyer, gelas ukur, dan alat tulis menulis.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kultur jaringan adalah tanaman kentang, gelas aqua, plastik transparan, media pasir, karet gelang, plastic tahan panas,gula, Air Aquadest dan agar-agar.
3.3 Prosedur Kerja
· Media MS (Murashige and Skoog)
Adapun prosedur kerja dalam pembuatan media MS (Murashige and Skoog) yaitu sebagai berikut :
a) Menyiapkan alat yang telah disterilisasi serta bahan-bahannya.
b) Menuangkan aquadest sebanyak 1 liter kedalam erlenmeyer, lalu masukkan stock sesuai ukuran dengan menggunakan pipet ovendoor.
c) Mencampurkan semua bahan baik itu larutan stok maupun bahan yang lain maka selanjutnya di homogenkan dan pada saat di panaskan dituangkan gula dan agar-agar sesuai takaran, serta menentukan pHnya.
d) Memindahkan larutan ke gelas ukur dan masukkan kedalam botol kultur dengan hati-hati, lalu di autoclav selama 1 jam dalam suhu 1250C
e) Menyimpan media ke ruangan penyimpanan selama 2-3 hari untuk mengetahui apakah larutan jadi. Jika media tidak terkontaminasi maka media siap untuk dipakai.
· Media PDA (Potato Dextore Agar)
Adapun prosedur percobaan praktikum ini adalah :
1. Mengupas kentang yang dijadikan PDA
2. Mencuci kentang yang telah di kupas pakai air bersih
3. Menimbang kentang sebanyak 250 gr kemudian ditimbang agar-agar sebanyak 20 gr dan dextrose 20 gr
4. Memotong kentang yang telah ditimbang menjadi bentuk dadu kecil-kecil
5. Merebus kentang di masukkan kedalam panic lalu dimasukkan aquades secukupnya
6. Mengambil gelas beaker dan kain muslin, diletakkan diatas gelas beaker
7. Memeras kentang yang sudah empuk menggunakan kain muslin dan dimasukkan kedalam beaker glass
8. Memasukkan agar dan dextrose yang telah ditimbang kain muslin kedalam beaker glass yang telah berisi larytan kentang
9. Menambahkan aquadest sampai larutan 1000ml
10. Memasukkan beaker glass yang berisi larutan kedalam panci yang sudah berisi air ¼ dari ketinggian panic tersebut.
11. Meletakkan panci tersebut diatas kompor
12. Mengaduk larutan terus menerus sampai mendidih agar larutan hetrogen
13. Memasukkan larutan kedalam Erlenmeyer.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil Dari praktikum pembuatan media di peroleh hasil pengamatan yaitu:
NO
|
NAMA MEDIA
|
GAMBAR
|
1
|
Media MS (Murashige And Skoog)
| |
2
|
Media PDA (Potato Dextore Agar)
|
4.2 Pembahasan
Media MS (Murashige And Skoog) merupakan jenis media yang digunakan untuk perbanyakan tanaman seperti kentang dan pisang. Setiap jenis tanaman yang ditanam atau dibiakkan dengan menggunakan jenis media MS (Murashige And Skoog) mempunyai komposisi yang sedikit berbeda yaitu pada penggunaan bahan hormone tumbuh.
Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Zat pengatur tumbuh yang diberikan dalam media MS adalah auksin (IAA) dan sitokinin (kinetin). Kedua homon ini mempengaruhi pertumbuhan akar, tunas, dan kalus berdasarkan keseimbangan konsentrasi dari kedua ZPT tersebut yang terkandung dalam media. Pada konsentrasi yang hampir tepat sama antara auksin dan sitokinin akan menghasilkan kalus. Apabila sitokinin lebih besar dari auksin akan menginduksi tunas, sedangkan konsentrasi auksin lebih besar dari sitokinin akan menginduksi perakaran yang lebi cepat (Trigiano and Gray 2000).
Potato dextrose agar (PDA) merupakan salah satu media yang baik di gunakan untuk membiakkan suatu mikroorganisme, baik itu berupa cendawan/fungsi, bakteri,mauoun sel mahluk hidup. Potato dextrose agar merupakan paduan yang sesuai untuk menumbuhkan biakan.
Agar-agar mengandung karbohidrat. Mengenyangkan dan menyegarkan bila disajikan dalam keadaan dingin, agar-agar bagus untuk usus karena mengandung serat. Bermanfaat bagi penderita hipertensi, kolestrol, dan diabetes, membuatnya juga mudah. Sedangkan extrak potato (kentang) merupakan sumber karbohidrat, dextrose (gugusan gula, baik itu monosakarida atau polysakarida) sebagai tambahan nutrisi bagi biakan, sedangkan agar merupakan bahan media/tempat tumbuh bagi bikan yang baik, karena mengandung cukup air.
Pada kentang yang telah di potong berbentuk dadu kecil harus dibersihkan dari kotoran atau kehidupan jasad renik, lalu pootong kentang direbus lalu disaring larutan kentang tersebut. Ini sesuai dengan pernyataan Amni (2009) yang telah menyatukan pengembangan media cair menggunakan media ekstrak PDA sehingga salah satu operasional pembuat media, dicuci bersih dan dipotong dadu, kemudian di masukkan kedalam beaker glass dan penambahan aquades.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasrkan dari paraktikum yang dilakukan maka daoat di simpulkan bahwa kedua jenis media tersebut memounyai perbedaan yaitu:
Ø Media MS (Murashige And Skoog) digunakan untuk perbanyakan atau pembiakan tanaman, media MS (Murashige And Skoog) ini sendiri mempunyai komposisi yang berbeda sesuai dengan jenis tanaman yang akan dibiakkan atau dikultur. Sedangkan
Ø Media PDA (Potato Dextore Agar ) digunakan untuk membiakkan cendawan, media PDA (Potato Dextore Agar ) ini bahan utamanya adalah kentang yang sudah di ambil ekstraknya.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum pembuatan media mahasiswa diberi waktu yang cukup untuk lebih mengenal dan memahami media-media yang digunakan dalam kultur jaringan.
Untuk asisten pada setiap praktikum harusnya praktikan yang harus mempraktekkan langsung, bukan hanya penjelasan saja agar praktikan lebih mengerti dan memahami setiap percobaan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Pengenalan Alat Laboratorium Bioteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin.
Suryowinoto, 1991.Kultur jaringan. http://mail.uns.ac.id/~subagiya/struktur. Diakses pada tanggal 09 Maret 2013.
Trigiano, RN and Gray DJ. 2000. Plant Tissue Culture Concepts and Laboratory Exercises. Boca Raton: CRC Press
Wetter LR and Constabel F. 1991. Metode Kultur Jaringan Tanaman. Diterjemahkan oleh Widianto MB. Bandung: ITB Press
Yuwono T. p2008. Bioteknologi Pertanian. Yogyakarta: UGM Press.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar